Tentukan saja Satu Langkah, Langkah Besar Selanjutnya akan Mengikuti.
Tulisan ini tentang fakta sejarah berdirinya Surabaya Hotel School ini akan menceritakan tentang kelas pertama, ya, benar-benar kelas pertama yang dibuka pada saat sekolah ini secara resmi berdiri. Sahabat SHS mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa kelas Bartender adalah satu-satunya kelas yang dibuka pada saat itu, atau lebih tepatnya dibuka dan aktif pada akhir tahun 1988. Materi diberikan secara langsung oleh Bapak Bagus Supomo. Kemudian untuk pendaftaran selanjutnya dua rekan Beliau, yakni Bapak Lukman dan Bapak Bambang ikut menjadi instruktur. Ya benar, Beliau bertiga merangkap menjadi dua peran. Selain sebagai Direktur, Wakil Direktur (Bapak Lukman) dan Direktur Finansial (Bapak Bambang) Beliau juga berperan sebagai Instruktur yang mengajarkan materi Bartending kepada siswa-siswa generasi pertama dari SHS.
Sahabat penasaran mengapa Bartender dipilih sebagai kelas pertama yang dimulai? Menurut Bapak Bagus, hal ini merupakan celah yang menguntungkan karena meskipun di Surabaya saat itu sudah ada Akademi Pariwisata, tapi khusus bartender belum ada. Peluang ini yang digunakan oleh Beliau untuk menentukan satu langkah untuk mengembangkan SHS. Selain itu banyak sekali bartender-bartender di kafe-kafe bahkan di hotel tidak mempunyai background pendidikan khusus bartender. Dalam industri Perhotelan yang dipercaya oleh Bapak Bagus akan terus berkembang, pendidikan sangat dibutuhkan untuk kedepannya. Semakin maju dunia perhotelan, semakin ketat pula seleksi untuk terjun di dunia perhotelan. Maka dari itu pendidikan menjadi salah satu modal utama untuk bisa sukses berkarir.
Ada satu cerita lagi ketika Bapak Bagus bekerja di Garden Palace, banyak siswa perhotelan job training saat diminta untuk mengerjakan sesuatu, selalu menjawab tidak bisa, di sekolah hanya diajari teori, jarang praktek, padahal sudah memasuki semester 5. Mereka ini diajari apa kok tidak bisa apa-apa,” jelas Bapak Bagus. Hal tersebut menjadikan makin kuatnya niat Bapak Bagus untuk membuat sekolah perhotelan yang banyak prakteknya dibandingkan teori-teori.
Lebih banyaknya praktek dijadikan tonggak utama SHS untuk mendapatkan siswa, karena memang benar jika kebanyakan orang lebih mudah mengingat dengan cara mendengar, lebih cepat mengerti dengan cara melihat dan lebih cepat menguasai dengan cara melakukan. Saat itu pendaftaran awal sudah menjaring tidak kurang dari 75 siswa. Suatu start yang cukup baik bukan? Satu tahun kemudian kontrak ruangan sudah habis, ada cerita unik yang tidak terlupakan. Ya, saat musim hujan, apalagi saat hujan deras, siswa harus ‘petangkringan’ saat belajar, karena ruang kelas yang terkena banjir.” kenang Bapak Bagus mengingat masa perjuangan dulu.