Blog

Modal Kecil bisa Diatasi dengan Motivasi yang Sangat Kuat beserta Ridha Allah

  |   ARTIKEL   |   No comment

Pada tahun 1988 Bapak Bagus bisa merintis cita-citanya untuk mendirikan SHS. Beliau dibantu oleh dua orang temannya, yakni Bapak Lukman Hakim & Bapak Bambang Hermanto GHB yang merupakan rekan kerja di Delta Palace Restoran atau sekarang dikenal sebagai Kowloon. Sahabat SHS tahu berapa kira-kira modal pertama yang digunakan Beliau bertiga untuk mendirikan Sekolah Perhotelan ini? Satu juta lima ratus ribu rupiah. Ya, kata Bapak Bagus, “kami iuran setiap orang lima ratus ribu rupiah, jadi terkumpullah modal sebesar 1,5 juta”. Modal yang bisa dikatakan minim untuk ukuran Sekolah Perhotelan yang banyak kita tahu tidak hanya membutuhkan sebuah gedung namun juga peralatan penunjang lainnya. Susah dibayangkan memang, mendirikan sebuah sekolah dengan hanya bermodal satu juta lima ratus ribu. Ya itulah kekuatan dari keyakinan dan kerja keras.

Langkah pertama sudah pasti mencari ‘gedung’ tempat pembelajaran berlangsung. Saat itu diputuskan untuk menempati ruangan mungil di sebelah Hotel Elmi Surabaya yang dikenai sewa perbulan Rp. 250 ribu. Beliau bertiga bertekat bulat untuk membesarkan lembaga pendidikan perhotelan ini. Entah kebetulan atau disengaja momentum 10 November bagi perjuangan arek-arek Suroboyo ini dipakai sebagai bekal semangat bagi Bapak Bagus yang juga putra pejuang (veteran) ini.

Perjuangan tidak berakhir sampai disitu. Apalah arti sekolahan jika tak ada satupun siswa. Maka dibutuhkan strategi selanjutnya, yakni marketing. Bagaimana caranya? karena belum dikenalnya dunia digital, maka memasang spanduk menjadi pilihan. Bapak Bagus dan Bapak Lukman Hakim berboncengan sepeda motor harus memasang sendiri spanduk pendaftaran SHS.”Kami mencari tali sendiri dan naik pohon satu ke pohon yang lain, tiang satu ke tiang yang lain, juga dikerjakan sendiri bersama dua rekan saya itu. Ibarate kudanan kepanasan digarap dewe, (ibaratnya kehujanan maupun panasnya terik matahari, semua pekerjaan dilakukan sendiri),” kata Beliau. Bahkan uang bangku masih “ngebon.” Bikin spanduk, naik turun pohon pasang spanduk sendiri, menyebar brosur juga dilakukan sendiri. “Sekarang kami bekerja pakai AC pendingin. Berbeda dengan dulu, kami betul-betul merentang matahari, “ tambahnya. Memang benar, perjuangan tidak akan membohongi hasil.

No Comments

Post A Comment