Blog

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari ASIAN GAMES?

  |   ARTIKEL, KEPRIBADIAN, pariwisata   |   No comment

Image result for asian games 2018

“Terus terang saya sebagai Creative Director sedih, apa namanya sebuah karya seni tetap dicari-cari kesalahannya, sementara dunia internasional mengakui dan menghargai. Jujur, untuk punya kemampuan berkompetisi nyinyir, saya nggak punya kemampuan itu. Tapi kalau mau berkompetisi kreatif, berkompetisi karya, ayo mari!”

(Wishnutama Kusubandio)

 

Sebagai penutup pertemuan kuliah Achievement Motivation Training (AMT) di Surabaya Hotel School, saya menyiapkan satu seri kuliah tentang ASIAN GAMES sebagai materi.

Kelas yang diikuti oleh siswa-siswi Manajemen Perhotelan dan Pastry Bakery ini kami buka dengan menonton video lagu tema resmi ASIAN GAMES ‘Meraih Bintang’ yang dibawakan Via Vallen. Siapa pun yang mendengarkan lagu ini akan ikut semangat dan mungkin ikut goyang dayung (meskipun dalam hati).

Video kedua yang saya putarkan adalah acara pembukaan. Ini bagian yang paling banyak disorot oleh warganet dalam seminggu terakhir. Tentang Jokowi, stuntman (pemeran pengganti), pesan-pesan tersembunyi di balik video, juga tarian Ratoh Jaroe yang spektakuler. Saya dan beberapa siswa tak sanggup menahan diri untuk tepuk tangan saking bagusnya tayangan ini!

Bagaimana tidak? Presiden Jokowi bersedia untuk terlibat dalam acara pembukaan ini sebagai salah satu talent dalam video. Ini tentu tidak mudah bagi tim pembuat video karena harus mencocokkan dengan jadwal presiden juga menembus protokoler yang ketat. Untung saja presiden kita bersedia terlibat selama masih dalam ranah hiburan (entertainment). Apalagi aksi yang beliau tunjukkan dalam video sungguh heroik dan ala film Hollywood (tentu diperankan oleh stuntman), yakni berkendara motor di antara kemacetan ibukota, melewati jalan kampung, juga terbang melayang dengan motor. Ini yang paling epik!

Selanjutnya, yang membuat dada bergemuruh adalah aksi empat ribuan penari yang berasal dari berbagai SMA di Jakarta. Mereka membawakan tari Ratoh Jaroe secara kolosal di atas panggung gunung. Hentakan musik yang menjadi pengiring tarian asal Aceh itu benar-benar memukau. Siapa pun yang menonton bisa merasakan kebanggan sebagai bagian dari Indonesia yang luar biasa keren ini.

Di sesi inilah, kami membahas tentang kesuksesan di balik acara pembukaan ASIAN GAMES, sosok-sosok penting di belakang layar, juga tabiat warganet kita yang kerap menyinyiri hal-hal tak penting, semisal: stuntman dalam video Jokowi dan lipsync sejumlah penyanyi.

“Kita ini saking nganggurnya, tak produktif berkarya, jadinya sibuk mengurusi orang lain dan menjelek-jelekkannya. Indonesia, men!” ujar saya yang direspons dengan senyuman oleh para siswa.

Lantas, saya coba kaitkan antara ASIAN Games ini dengan laporan dari World Economic Forum tentang 10 kecakapan (skills) yang dibutuhkan pada 2020. Kecakapan itu, antara lain: memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, kreativitas, manajemen orang, koordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, membuat penilaian dan keputusan, orientasi layanan, negosiasi, dan flesibilitas kognitif. Kami bahas, diskusikan satu persatu, plus refleksikan dengan diri siswa.

“Berpikir kritis itu kayak gimana? Hal apa yang pernah kamu kritisi? Siapa yang kreatif di sini, dalam hal apa? Apakah kalian orang yang mudah diajak kerja sama, kalau nggak, kenapa?

“Kalian di industri hospitality, perlu punya orientasi melayani. Melayani itu bukan berarti kasta kalian di bawah orang yang kalian layani. Ingat hukum kekekalan energi. Energi yang keluarkan tidak akan hilang. Ia akan balik ke kalian dalam bentuk yang berbeda.”

Semua kecakapan tadi saya hubungkan dengan sosok Wishnutama yang menjadi Creative Director acara pembukaan ASIAN Games. Bagi saya, CEO NET Mediatama Televisi itu adalah sosok yang memiliki 10 kecakapan tersebut dalam dirinya.

Bagaimana ia berani keluar dari Transcorp Company dan mendirikan NET TV, misalnya. Kemudian ia dengan segala visi dan misinya bisa menciptakan konten-konten acara di NET yang tidak hanya menarik, tapi juga segar dan berisi. Hingga stasiun TV yang berdiri sejak 2013 itu memiliki signature atau ciri khas dalam hal sudut pengambilan gambar juga kualitas audio dan tata cahaya yang jempolan. Sampai-sampai netizen yang sudah bisa mengidentifikasi itu pernah melontarkan cuitan, “Kok, nggak NET banget?” ketika mengkritisi tayangan yang tidak sesuai dengan ciri khas mereka.

Saya memutarkan video terakhir, yakni gelar wicara (talkshow) antara Wishnutama dengan dua presenter NET. Ada banyak pelajaran yang bisa kami ambil. Apalagi di mata kuliah ini, kami banyak membahas tentang kepemimpinan. Cocok sekali dengan figur yang sedang kami simak itu.

Jika Anda tertarik menonton, sila cek tautan http://youtu.be/hKftHkGmMWw.

Selamat berkarya, good people!

 

Oleh: Lalu Abdul Fatah

No Comments

Post A Comment