Blog

Jangan Takut Berkarier Secara Horizontal

  |   ARTIKEL, KEPRIBADIAN   |   No comment

 

Image result for multitalented

“Namanya karier ya vertikal. Ke atas. Memulai itu dari bawah sampai posisi puncak.”

Anda pernah mendengar pernyataan itu? Cukup sering? Atau jangan-jangan Anda juga mempercayai hal itu? Bahwa karier itu dirintis dari bawah sampai nanti mencapai posisi strategis, punya anak buah dan Anda disebut atasan atau pemimpin.

Baik. Jika Anda mempercayai itu, saya coba ceritakan satu sosok yang punya cara pandang sendiri tentang karier. Saya yakin, banyak anak muda yang mengenal dia. Dia seorang penulis buku, stand up comedian, penulis skenario, sutradara film, juga YouTuber. Anda bisa menebak? Ya, dia adalah Raditya Dika.

Jika Anda perhatikan, karier yang ditempuh oleh Raditya Dika tidak menunjukkan sebuah tangga naik. Justru ia bergerak ke samping, melebar, horizontal. Ia mencoba hal-hal ‘berbeda’.

Menurutnya, meniti karier secara horizontal itu justru memperkaya dia. Tidak hanya secara pendapatan, tapi juga kecakapan (skill). Tidak hanya materi, tapi juga batin.

Hidupnya lebih berwarna. Ia bisa belajar banyak hal baru. Dan itu tentu saja membuka peluang rezeki baru.

Coba Anda cermati data ini. Raditya Dika adalah YouTuber paling populer se-Indonesia. Sejak 2007 hingga tulisan ini dibuat pada Juni 2018, ia memiliki subscriber alias pelanggan sebanyak 3,8 juta. Dikutip dari cnbcindonesia.com, berdasarkan Social Blade, penghasilan Raditya Dika per tahun diperkirakan sekitar 46 ribu hingga 739 ribu dolar AS. Itu setara dengan 623 juta hingga 10 miliar rupiah. Wow!

Lantas, dengan penghasilan segitu banyak dari YouTube, apakah ia berhenti berkarya di ranah lain, semisal menulis buku dan bikin film?

Justru tidak!

Buku pertamanya, Kambing Jantan, terbit pada 2005. Buku terbarunya, Ubur-Ubur Kabur terbit pada Februari 2018. Total ia telah menulis 8 buku.

Bagaimana dengan film? Sejak film Kambing Jantan rilis pada 2009, Raditya Dika telah terlibat dalam 15 film, baik sebagai aktor, penulis skenario. Hangout yang tayang pada 2016 menjadi film Raditya Dika dengan jumlah penonton paling banyak dalam karier sinematografinya, yakni menembus 2,6 juta penonton.

Bayangkan, menulis buku terus jalan, bikin film iya, membuat konten YouTube apalagi.

Bagaimana Raditya Dika bisa melakukan ini semuanya?

                Mindset. Pola pikir. Raditya Dika adalah contoh sosok yang memiliki mindset tumbuh. Ia tidak takut gagal. Ia berani mencoba hal-hal baru. Ia tumbuh dengan tantangan demi tantangan. Kritikan demi kritikan dari followers­-nya bisa ia tanggapi dengan santai dan terus berbenah. Pun demikian dari editor bukunya, ia dengarkan. Maka, jika hari ini Anda mencoba membaca buku-bukunya dari yang pertama hingga ke delapan, Anda akan bisa temukan perkembangan dengan grafik yang signifikan naik. Artinya, ia bertumbuh!

Mengutip ucapannya yang dimuat di tabloidnyata.com, “Jangan sampe mikir, gue pengen jadi penulis tapi takut gak bisa makan, gue pengen jadi youtuber tapi takut gak bisa makan, gue pengen jadi komedian tapi takut gak lucu. Kita tuh terbentur sama rasa takut.”

Bisa jadi kita akan berpikir kalau Raditya Dika bukan orang yang fokus. Kenapa tidak fokus jadi penulis saja dan hidup dari situ? Kenapa harus menjajal profesi lain? Dan akan muncul beragam kenapa lainnya.

Coba perhatikan dengan lebih jeli. Mulai dari profesi penulis buku, penulis skenario, bintang iklan, sutradara, stand up comedian, hingga YouTuber, apakah masing-masing dalam kotak berbeda? Atau justru berada dalam kotak besar yang sama?

Jika Anda menjawab yang kedua, maka Anda bisa mengidentifikasi dengan baik. Ya, jika ditarik benang merah dan mengubungkan titik-titik yang dalam kehidupan karier Raditya Dika, kita bisa simpulkan bahwa semua itu erat kaitannya dengan kreativitas dan membuat konten.

Dalam menulis, butuh kreativitas untuk menangkap ide dan jeli mengeksekusinya dalam tulisan yang mengalir, sistematis, tapi tetap dibumbui humor. Menjadi penulis skenario, Radit tentu saja tetap menulis, tapi harus lebih visual biar bisa dieksekusi oleh tim pembuat film. Menjadi bintang iklan, ia akan hadir sebagai sosok kreatif yang semakin menguatkan personal branding-nya. Sebagai sutradara, ia harus mampu menerjemahkan skenario dan mengarahkan permain dan kru dalam mengambil gambar. Menjadi stand up comedian, mau tak mau ia harus menulis materi, memikirkan opening yang bikin penasaran, juga menyiapkan satu demi satu punch lines, tak lain biar orang terhibur sekaligus bercermin. Sebagai YouTuber, Radit harus memikirkan dan mengonsep konten apa yang hendak disuguhkan ke pemirsanya. Bila perlu ia corat-coret idenya di atas kertas atau catat di gawai.

Nah, Anda sudah bisa menemukan benang merahnya? Betul. Raditya Dika yang memulai kariernya sebagai penulis, rupanya sampai menjadi YouTuber pun tetap menjadikan MENULIS sebagai ruhnya. Dari era orang menikmati buku sampai menikmati tayangan di YouTube, ia bisa mengikuti perkembangan zaman. Ya, dia mampu mengolah keterampilan yang ia miliki hingga bisa berkelok cantik sesuai kebutuhan.

Bagaimana dengan Anda? Apa skill yang saat ini Anda miliki? Bagaimana Anda menerapkan skill itu dengan teknologi yang berkembang saat ini? Sudahkah Anda menyesuaikan diri dengan hal itu?

 

Oleh: Lalu Abdul Fatah

No Comments

Post A Comment